Beranda > Pelajaran Hidoepku > Liburan Rohaniku Episode Jumat Agung…

Liburan Rohaniku Episode Jumat Agung…

Kriiiiinnngggggg……. (alarm dari HP ku..)

Beep.. Beep… Beep… (alarm dari jam weker kecilku..)

BeTe dech Gue!! (teriakan tetangga kamarku..)

Seolah menendang mimpi yang sedang menggelayuti tidurku hingga mental jauh dan membuka kelopak mataku.. Alamak, sudah jam 6 pagi rupanya (TKP: kamar kostku, Jumat 22 April 2011). Yaph.. waktunya bangun dan siap2 menuju Gereja Santo Thomas Kelapa Dua untuk melihat Tablo atau Kisah Sengsara Yesus yang akan dipentaskan oleh mudika. Karena teman yang mau diajak nonton masih mengantuk, maka kuputuskan untuk pergi sendiri saja. Lama sekali tidak melihat langsung tablo setelah terakhir kali di kampus tercintaku FarSaDhar Paingan.

Mandi.. minum air putih doang, dan langsung bergegas ku paksa si TC bangun dari garasi kost untuk mengantarku ke gereja. Lo.. kok masih sepi ni gereja? Celingak celinguk.. dan tepuk jidat sendiri, sadar bahwa seluruh penunjuk waktu di kamar lebih cepat setengah jam. Tapi gapapa.. kesempatan untuk cari tempat yang strategis.. biar bisa utuh menikmati tablo. Tiga perempat jam berlalu, dan drama pun dimulai, riuh rendah suara penampil diiringi isak tangis umat yang terbawa suasana turut menggugah rasa sedihku. Dan blammm!! Mataku tercekat saat sesi Maria Veronika mengusap wajah Yesus yang penuh darah dan mendapat gambarnya. Wow.. Maria Veronika van Kelapa Dua-nya cantik juga. Hemh.. kayak pernah liat nich, dimana ya? (sok tahu mode ON).

 

Setelah tablo dan ibadat jalan salib selesai, sejenak berdiam di dalam gereja. Bukan menghayati tapi karena malas antri mau keluar gereja (padahal matanya jelalatan.red). Rasanya kok masih ada yang nyangkut di hati, apa ya ?? Perasaan itu terbawa sampai tempat mandinya si TC, seperempat jam berlalu, hingga dua jam berikutnya semenjak dari gereja, masih saja ada yang tak nyaman. Sejenak ku berdiam (kali ini dah di kamar kos lagi) kucoba lihat beberapa gambar yang sempat kuabadikan dengan hape-ku ketika tablo berlangsung. Dan.. hap !! ini dia, saat adegan Maria Veronika tadi ternyata penyebabnya. Heits ! bukan karena pemerannya, tapi karena keberaniaannya menyeruak di antara barisan prajurit dan penghujat Yesus untuk mengelap wajah sang pemanggul salib yang berlumuran darah. Dia, wanita yang proaktif, di antara ramainya khalayak waktu itu..

Sahabat..

Bagi yang pernah membaca buku atau mengikuti training Seven Habits (yang sekarang menjadi Eight Habits) tentunya pernah mendengar kata proaktif. Dan bukan hanya di lingkup tulisan Stephen Covey atau berbagai lembaga pemberi training, kata proaktif juga mudah ditemukan dalam politik, agama, dan bermasyarakat. Dalam tablo, digambarkan bagaimana Veronika memiliki inisiatif, untuk melayani bahkan secara sederhana bisa ditafsirkan agar Yesus bisa melihat jalanan lagi (wajahnya berlumuran darah, jadi susah melihat bukan?). Dia tergerak begitu saja dan mungkin dalam hatinya ada peperangan antara ya dan tidak, biarkan atau pedulikan. Dan tepatlah teori Covey “bahwa proaktivitas adalah kebebasan untuk memilih stimulus tertentu untuk menjadi respons tertentu”. Dalam jeda waktu antara stimulus melihat Yesus berlumuran darah, Veronika segera berpikir dan memutuskan untuk mengelap wajah Yesus sebagai responnya.. inilah sisi proaktifnya.

Hemh.. menarik sepertinya jika diaplikasikan ke kehidupan kita. Di tengah suasana kerja yang sibuk, monoton, menjengkelkan, atau justru dinamis, kompetitif, dan menyenangkan, sudahkah kita bersikap proaktif? Ingat.. proaktif akan berhadapan langsung dengan propasif / reaktif di seberangnya. Mana yang sering kita alami? Saya lebih memilih, saya menjadi, atau saya akan? > ciri sikap proaktif. Atau saya harus, seandainya saya, atau saya tidak bisa? > contoh sikap reaktif/propasif.

Sahabat..

Jujur saja aku juga masih sering reaktif daripada proaktif. Lebih banyak menunggu, mengikuti, khawatir, dan ragu, serta bernyali kecil. Dalam coretan ini aku tidak akan mengulas tentang proaktif dan lawannya itu, sudah banyak yang lebih pandai dan berkompeten untuk menjabarkannya, tetapi hanya sekedar mengajak (sekaligus mengingatkanku juga) agar kita harus lebih proaktif dalam hidup ini.

Jangan menunggu.. milikilah inisiatif untuk memulai, bergerak, dan maju..

Jangan hanya mengikuti, tetapi buatlah kalian diikuti karena memang benar dan layak untuk diteladani..

Jangan sering khawatir dan ragu, mantapkanlah tekad dan ambilah risiko..

Jangan pula bernyali kecil, beranilah menyeruak ‘barisan prajurit dan penghujat untuk melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan, benar, dan tepat sasaran.

Semangat proaktif sahabat…

  1. Belum ada komentar.
  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar