Arsip

Posts Tagged ‘semangat kerja’

Bekerja dengan Semangat Pangkah dan Paskah..

April 1, 2013 3 komentar

APRIL MOP!! Atau APRIL FOOL’S (semoga tidak salah istilah).. adalah ungkapan gawul yang digunakan untuk menamai hari pertama di bulan April setiap tahunnya. Dulu waktu SMA sering digunakan untuk tepu tepu ke teman bahwa dipanggil guru BP, kepala sekolah, hingga tukang kebun padahaaal.. BOHONG!! Kalau bagiku April Mop atawa 1 April sering kusalahgunakan untuk nembak cewek dan kalau gagal alias si cewek enggan maka dengan santai aku bilang “Santai aja lagi non.. April Mop kok..” (ketawa geli sendiri mengingat masa-masa itu).

Tapi hari ini lain.. aku ingin mengubahnya menjadi APRIL TOP dan APRIL COOL’S DAY.. Kenapa? Karena aku ingin membagikan satu hal bagaimana menikmati kerjaanku sehingga tidak ada kata jenuh atau bosan di tiap hari. Ingat pertanda jenuh atau bosan kerja kan? Salah satunya adalah baru mulai kerja sudah mikir kapan waktu pulang atau merasa setiap detik laksana menjadi setiap jam (baca : lama banget). Lainnya? Bisa sahabat temukan contohnya di sini atau di sini. Ssst.. aku hanya ingin membagikan tentang SEMANGAT PANGKAH dan PASKAH dalam menikmati pekerjaanku yang ada di sudut kawasan industri kawasan Cikande dimana jalan banyak berlubang dan sangat becek plus licin di kala hujan.. Apalagi untuk mencapainya harus membelah pematang sawah atau gelapnya malam tanpa penerangan yang memadai (makanya aku  beruntung karena tinggal di mess di lingkungan pabrik) semoga menjadi perangsang sahabat dalam menjalani pekerjaan yang sekarang.

Semangat Pangkah..

Pangkah adalah satu nama pedukuhan atau kampung di daerah Prambanan di atas Sendang Sriningsih yang masuk propinsi DIY Yogyakarta. Sedikit referensi tentang daerah yang menjadi lokasi KKN-ku dulu semasa mahasiswa bisa dilihat di sini atau di sini. Daerah yang tandus dan gersang saat musim kemarau dan asri saat musim penghujan itu ternyata menanamkan etos kerja yang besar di hidupku. Selain mungkin ketularan semangat bertahan hidup dari para warganya di tengah belitan kondisi alam yang bisa dibilang kurang “basah” untuk hidup lebih dari cukup.

kerja bakti buat MCK di Pangkah

kerja bakti buat MCK di Pangkah

Bagiku bekerja adalah PANGKAH.. PANGgilan dan berKAH.. Ya, panggilan karena tanpa adanya hal ini maka tidak mungkin aku bekerja di tempat ini. Jadi ya inilah panggilan untukku yang harus aku tekuni seperti layaknya dokter di tempat terpencil atau pastor di daerah rawan konflik. Pun pula sebuah berkah karena dengan bekerja di tempat yang jauh dari hingar bingar hiburan malam maka aku dapat menyisihkan sebagian dari gajiku untuk membeli sebuah hunian yang layak untuk ditempati meski masih kredit. Coba jika aku di tempat yang ramai dengan hiburan malam.. niscaya kalau tidak kuat iman maka gaji dalam seperempat bulan pun akan habis..

menjelang sore.. acara bimbel untuk anak-anak Pangkah

menjelang sore.. acara bimbel untuk anak-anak Pangkah

Semangat Paskah..

Setelah menikmati pekerjaanku sebagai mandor kecil di sebuah industri Food and Beverages dan rencananya membuka line farmasi dengan menjadikannya sebuah panggilan dan berkah, aku juga memiliki semangat PASKAH dalam menjalaninya. PASKAH di sini adalah singkatan dari PASti melangKAH.. dan terilhami dari makna PASKAH dalam ajaran agama yang aku anut yaitu “bangkit”. Bangkit dari apa? Bangkit dari semua kemalasan, keraguan, keterpurukan, dan hal-hal yang buruk lainnya untuk tegak berdiri dan melangkahkan kaki dengan pasti. Semuanya begitu terukur, penuh kecermatan, tetapi tetap dinikmati setiap dinamikanya. Tak peduli betapa susahnya untuk sekedar keluar mess menikmati sate kambing, bakso, atau nasi goreng. Tak jadi soal misal harus merelakan selama setengah jam bersama si Merah Centil terguncang-guncang karena terjalnya jalan saat akan ke Al**mart atau Ind*maret guna mencari mie instant atau es krim jika uang masih berlebih. Dan tak jadi galau saat rekan-rekan bercerita reuni atau sekedar hang-out di mall-mall yang megah dan cozy. Semuanya dibawa dalam satu semangat untuk pasti melangkah membela yang benar eh menuju hidup yang lebih baik.

Nah sahabat.. apakah dirimu sudah menjadikan pekerjaanmu sebagai suatu panggilan dan berkah? Juga sudahkah kalian pasti melangkah dalam menjalani pekerjaan itu? Ingat pepatah lama bahwa “perjalanan ribuan mil selalu dimulai dari langkah pertama”. Jadi coba terapkan Semangat Pangkah dan Paskah dalam melakukan pekerjaanmu.. semoga Tuhan memberkati.

bendungan Pangkah Oktober 2012

bendungan Pangkah Oktober 2012

Bagaimana Rasanya Menjadi Tulang Punggung Keluarga..??

Oktober 28, 2011 6 komentar

Gemetar rasanya jemari ini saat memulai coretan kali ini.. Di tengah pergantian hari ke Jumat lagi yang kali ini terasa lebih cepat, hentakan tutsku pun justru melambat karena ada rasa yang berbeda kali ini. Jujur.. sebenarnya kemarin ingin kutulis coretan ini. Tapi aku masih belum mampu.. seperti ketidakmampuanku untuk menjadi sesuatu yang kujadikan judul coretan ini. Semuanya berawal dari dua kejadian kecil yang kualami di hari kemarin..

Pertama.. Kala satu undangan syukuran dari salah satu leader bawahanku atas pembangunan rumah yang hampir selesai. Sebagai atasan dan sebagai sahabat, walau hujan masih gerimis, aku antusias untuk menghadiri undangan itu. Dalam sekejap, saat memasuki ruang tamu, dinginnya sore itu langsung berganti dengan kehangatan canda tawa diselingi cemilan kue dan tentu saja kepulan asap rokok. Menjelang Maghrib.. acara yang ditunggu pun dimulai yaitu.. makan-makan, hemh.. maknyuss pokoknya. Abis itu? Biasa.. SMP eh udah gede.. SMK ah.. Sudah Makan Kabuuur..

Kedua, saat BBM-an dengan si bontot di Jogja.. Yang akan melaksanakan Kunjungan Industrinya ke beberapa di tempat di pulau Jawa dengan biaya yang tak sedikit tentunya di akhir bulan depan. Mau minta ortu, hemh.. sedang ada project di rumah Lampung (nanti akan kutuliskan di coretan lain setelah project itu selesai). “Bapak menanggapi dengan dingin.. saat aku cerita tentang rencana kunjungan industriku.. ” ujar si bontot via deretan abjad di pesannya malam itu.

Hanya dua peristiwa memang, tetapi mampu menghempaskanku ke titik paling bawah dalam hidupku, yakni suatu kebelumberhasilan.. Aku tahu penghasilan leaderku, dan entah bagaimana caranya dengan posisi sebagai pencari nafkah tunggal, dia bisa membangun rumah pribadi dan hal ini belum bisa kulakukan. Bahkan saat aku sendiri.. Saat belum banyak pengeluaran untuk keluarga. Tabungan saja aku tak punya.. Hemh.. Dia begitu luar biasa menurutku. Dengan penghasilannya sendiri mampu membangun ‘istana‘ untuk keluarga kecilnya. Tempat bernaung dan bercengkerama dengan mantan pacar (baca : isteri) dan buah hatinya..

Sedangkan aku.. Menanggapi ‘pancingan‘ si bungsu pun aku masih menunggu saldoku di bulan depan. Tidak serta merta mengiyakan.. Ternyata aku belum mampu untuk menjadi tulang punggung keluarga seperti leaderku. Rasanya perih memang mendengar si bungsu akan menjual salah satu atau salah dua di antara Venice, Beatrix, atau Marco.. Padahal dia telah jatuh cinta kepada mereka..

Baca selengkapnya…